Halaman

Jumat, 01 November 2013

Asa di Tiap Masa


Baiklah. Flashback...
Saya punya banyak cita-cita sebelum akhirnya menyerahkan diri ke dunia birokrasi. Waktu TK pengennya jadi Guru. Karena ibu saya seorang Guru SD dan saya sering ikut ibu mengajar di kelas waktu saya kecil dulu. Terus SD sampai SMP maunya jadi Dokter. Ini karena sering nonton iklan layanan masyarakat jaman Pak Harto dulu tentang profesi dokter. Jingle iklannya gini: "indah seragam putih, seindah pengabdianmu, pada umat. Dengan setia insan yang terbaring tak berdaya, dalam sakit. Tanganmu dibutuhkan slalu, ringankan beban deritaaaa.... Sungguh engkau paramedis, karyamu tiada taraaa..." Dilihat-lihat, dirasa-rasa, enak ya... keren dengan seragam putih-putih begitu. Dan kata orang-orang, duitnya banyak, heheee... Lalu SMU. Sampai pada kelas 2 cita-cita saya berubah lagi. Saya ingin bekerja di sebuah kedutaaan negara. Menjadi diplomat. Dan tertarik untuk kuliah di jurusan Hubungan Internasional. Sepertinya menyenangkan sekali. Bahasa Inggris bisa cas cis cus, bisa jalan-jalan keliling dunia. Namun lagi-lagi semua berubah. Kelas 3 SMU saya mendapat tawaran masuk ke Universitas Bengkulu melalui jalur prestasi (tanpa tes). Saya akhirnya memutuskan untuk mengambil tawaran itu dengan beberapa pertimbangan. Terutama lebih dikarenakan alasan tidak bisa jauh dari orang tua, terlebih saya sebagai anak sulung dan perempuan satu-satunya. Lalu karena adik-adik juga berbarengan, selain saya akan masuk bangku kuliah, adik tengah masuk SMU, dan si bungsu masuk SMP. Tentu semua butuh biaya tak sedikit. Akhirnya saya berpikir sudahlah saya akan ambil tawaran kuliah di Universitas Bengkulu, tepat di jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi. Dipikiran saya, saya harus kuliah dan menggunakan kesempatan yang ada. Yang terpenting tak merepotkan orang tua dengan urusan biaya. Kuliah dimana saja, yang penting tetap berprestasi.

Tahun 2003, saya mulai kuliah S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu.

Di bangku kuliah saya menemukan 'ketertarikan' lain yang mengubah cita-cita saya kembali. Sisi-sisi spiritualitas saya sedang 'terusik'. Kedekatan saya dengan Lembaga Dakwah Kampus men-ta'aruf-kan saya dengan agama Islam hingga lebih karib. Seperti menemukan oase di tengah gurun. Saya begitu suka mereguk tetes demi tetes tarbiyah islamiyah. Saya begitu tertarik untuk mencari, mengerti, memahami,  jati diri saya sebagai manusia, khususnya sebagai perempuan. Saya menanamkan dalam diri saya bahwa perempuan itu adalah tiang negara. Baik atau buruk perempuan, baik itu sebagai seorang anak, seorang istri, dan seorang ibu, itulah yang berpengaruh besar dalam pembentukan generasi-generasi muslim yang berkualitas. Keinsafan saya terhadap peran perempuan dalam agama dan negara akhirnya mengubah cita-cita saya. Bagi saya, tak ada karir yang sempurna, yang hebat, dan menakjubkan bagi seorang perempuan selain dia sukses sebagai istri dan ibu. Dengan demikian saya pun mengukuhkan tekad bercita-cita menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik. 
Tahun 2007, studi S1 saya selesai. Cita-cita Ibu Rumah Tangga masih diatas segalanya.
Tahun 2008 s/d awal 2010, saya bekerja di perusahaan swasta dan memulai studi S2. Cita-cita Ibu Rumah Tangga masih diatas segalanya.
Tahun 2010 s/d hari dimana saya menulis ini, saya bekerja sebagai PNS, saya menamatkan S2, saya menapaki jenjang karir sebagai PNS.
Tapi saya belum menikah. Maka cita-cita Ibu Rumah Tangga... terpendam dalam. 

Bagi saya, mungkin Allah belum menghendaki saya mencapai cita-cita itu, mendapat kesempatan menjadi istri, lebih-lebih seorang ibu. Saya pun resah. Cemburu rasanya, teman-teman saya dapat menikmati karunia Allah dan bisa 'berburu' amalan dan ridho Allah dalam tiga posisi sekaligus: sebagai anak orang tuanya; sebagai istri suaminya, sebagai ibu anak-anaknya. Tapi saya selalu husnudzhon, Allah selalu menyajikan hikmah dari setiap ketetapan-Nya, suka atau pun duka. Semua perihal hidup dan kehidupan makhluk yang telah diciptakan-Nya telah pula Ia tentukan. Tak ada yang dapat mempercepat atau pun memperlambatnya. Semua ada dalam genggaman-Nya, dalam kuasa-Nya. Lalu saya memutuskan, menjalani peran saya sebagai Anak dari Orang Tua saya dengan sebaik-baiknya. Tekad saya, yang utama adalah saya dapat menjadi Hamba Allah yang Ridha dan Diridhai-Nya. Yang pertama adalah sebanyaknya berdo'a bagi kebaikan dan kebahagiaan orang tua saya di dunia dan di akhirat; kedua, senantiasa mensyukuri apapun yang telah dipertemukan oleh Allah dalam kehidupan saya, mendo'akan banyak kebahagiaan bagi orang yang mengasihi saya dan yang saya kasihi: keluarga, sahabat, siapapun yang telah menghikmahi kehidupan saya; ketiga, menjalani dengan sebaik-baiknya pekerjaan saya sebagai seorang PNS. Tentang yang ketiga, saya memandang bahwa profesi sebagai PNS inilah yang menjadi jalan hidup saya. Sebab tak mungkin rasanya saya akan berpindah profesi lagi. Bila demikian, saya berharap ini akan menjadi 'ladang' ibadah saya kepada-Nya. Sebab 4 tahun berkecimpung didalamnya telah cukup bagi saya untuk tahu, bagaimana 'seluk-beluk' birokrasi di Indonesia. Nada-nada sumbang yang sering dialunkan tentang birokrasi Indonesia, bukan sekedar angin lalu saja. Maka sebab itu, menjadi PNS, seorang Birokrat yang Baik, itu cita-cita saya. Semoga saya bisa memberi kemanfaatan bagi sesama... aamiin...insyaAllah.


Add caption
#HujanTurun
#MuhasabahHidup
#PelurusanNiatdanTujuan








Tidak ada komentar:

Posting Komentar